ANALISIS CERPEN “SURAT DARI PURI”
KARYA IBW WIDIASA KENITEN
BERDASARKAN
TEORI STRUKTURALISME
LUH AYU CINTHYA HERLIYANTI
1012011003
2B
FAKULTAS BAHASA
DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
GANESHA
Abstrak
Cerpen “Surat dari Puri” karya IBW Widiasa Keniten
adalah sebuah sastra (cerpen) yang menarik dan baik. Hal ini terlihat dari
penganalisisan cerpen berdasarkan teori strukturalisme. Teori struktural
memandang teks sastra (cerpen) sebagai satu struktur dan antarunsurnya
merupakan satu kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur-unsur yang saling
terkait, yang membangun satu kesatuan yang lengkap dan bermakna.. Kegiatan analisis ini bertujuan
untuk mendeskripsikan (1) sinopsis cerpen,(2) Unsur-unsur pembangun cerpen dengan teori strukturalisme.Subjek penganalisisan ini
adalah cerpen “Surat dari Puri”karya IBW Widiasa Keniten”. Objek yang diteliti adalah
unsur-unsur pembangun dalam cerpen “Surat dari Puri” dan Teknik analisa data menggunakan teori
strukturalisme
.Sumber informasi didapat
melalui membaca cerpen “Surat dari Puri” secara utuh dan berulang-ulang. Selain itu penulis
menambahkan informasi dari buku dan internet.
Kata
kunci : analisis, sinopsis, teori strukturalisme, unsur intrinsic,
dan unsur ekstrinsik.
1. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Cerpen dengan segala permasalahannya yang
universal itu ternyata menarik juga untuk dikaji. Bahkan tidak pernah berhenti
orang yang akan mengkajinya. Apalagi jika cerpen itu dikaitkan dengan kegiatan
pembelajaran di kelas. Seperti halnya kami mencoba mengkaji cerpen yang
dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Cerpen yang penulis kaji itu
adalah sebuah cerpen yang berjudul Surat dari Purikarya IBW Widiasa Keniten.
Dipilihnya cerpen Surat dari Puri karya IBW Widiasa Keniten tersebut bukan
tanpa pertimbangan atau alasan sebab cerpen ini memiliki keistimewaan
dibandingkan dengan cerpen yang ditulis pengarang-pengarang yang lain.
Mengingat perannya yang sedemikian itu, maka
terselenggaranya pembelajaran sastra yang menarik dan menyenangkan akan menjadi
sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Hal ini dimungkinkan karena pelajaran
seperti ini akan dapat mendidik siswa untuk dapat mengenal dan menghargai
nilai-nilai yang dijunjung oleh bangsanya, juga untuk dapat menghargai hidup, menikmati
pengalaman orang lain, serta dapat menemukan makna hidup dan kehidupan.
Bukankah karya sastra (cerpen) itu merupakan miniatur kehidupan manusia di
sekitar pembaca.
Jadi, dengan mempelajari cerpen (sastra)
berarti siswa diajak untuk mempelajari manusia dan lingkungannya. Biasanya
siswa akan sangat antusias jika diajak untuk membicarakan atau mendiskusikannya
juga akan mengeluarkan segala pengalaman dan pengetahuannya.
Sayangnya kendala pembelajaran sering terjadi
pada guru. Guru hanya berpedoman pada teori-teori lama dan kurang mampu
menghubungkan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Sehingga siswa tidak akan
mampu memahami hakikat sastra yang sesungguhnya.
Berangkat dari permasalahan yang sudah
diuraikan di atas, penulis mencoba mengkaji unsur-unsur pembangun dalam cerpen
” cerpen Surat dari Puri karya IBW
Widiasa Keniten” berdasarkan teori Strukturalisme, namun terlebih dahulu
penulis mengkaji sinopsis dari cerpen tersebut.
II. Pembahasan
2.1 Sinopsis
Cerpen berjudul surat dari puri karya IBW Widiasa
Keninten menceritakan tentang kehidupan gadis bernama Suci. Suci merupakan
korban pelampiasan nafsu seorang lelaki bernama Gusti Ngurah. Suci dijadikan
sebagai jaminan atas hutang-hutang ayahnya. merasa sebagai orang kaya, nGusti
Ngurah bertindak semena-mena terhadap semua wanita termasuk Suci. Suci dipaksa melayani melayani nafsu
birahinya hingga ia mengandung.
Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi
laki-laki yang diberi nama Gede Puri. Pemberian nama puri sebagai pengingat
bahwa leluhurnya seorang bangsawan. Sebagai seorang ibu, Suci sangat menyayangi
anaknya dan mendidik gede puri sehingga menjadi anak yang suputra. Namun Suci
tetap merahasiakan siapa ayah kandungnya. Suatu ketika gede puri sakit non
medis. Balian memberikan mandate kepada Suci. Ia diharuskan menjadi pemangku di
kawitannya. Namun keluarga besarnya menolak itu semata-mata karena mereka mengangap
Suci sebagai perempuan kotor. Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya Suci
diijinkan untuk menjadi pemagku dan kesehatan gede puri berangsur membaik.
Suatu hari Gusti Ngurah
sakit keras dan meminta Suci mengantarkan anaknya kepuri. Namun Suci tidak
menanggapinya. Ia masih memendam sakit hati kepada Gusti Ngurah. berkali-kali
Gusti Ngurah mengirimkan surat namun tetap tidak digubrisnya. Keluarga puri
menggunakan cara terahir yaitu menculik gede, dan memaksa mengajak kepuri dan
gede pin sudah mengetahui siapa jati dirinya. Gusti Ngurah menitipkan surat
wasiat untuk ibunya, namun Suci tetap tidak menerima dan ia telah bersumpah
untuk tidak menginjakkan kaki dipuri.
2.2 Penganalisisan cerpen Surat
dari Puri karya IBW Widiasa Keninten
berdasarkan teori Strukturalisme.
1.
Unsur–unsur Struktural yang Terdapat dalam Cerpen Surat Dari Puri Karya
Ada
beberapa unsur structural dalam cerpen surat dari puri karya IBW Widiasa
Keninten yang digunakan oleh pengaji dalam mengkaji cerpen ini. Unsur-unsur
tersebut adalah alur, penokohan, latar, tema, dan amanat. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada uraian dibawah ini :
a.
Tema
Tema
adalah ide pokok pengarang dalam membuat suatu karya sastra yang ingin
disampaikan kepada pembaca. IBW Widiasa Keninten dalam cerpennya kali ini
mononjolkan sosok perempuan bali yang rela mengorbankan kebahagiaannya demi
membayar hutang ayahnya. 1a rela dijadikan jaminan bayar hutang dan budak pemuas
nafsu seorang lelaki bejat bernama Gusti Ngurah. masyarakat bali masih sangat
menjungjung tinggi norma-norma adat dan budaya warisan leluhur. Dalam cerpen
ini pengarang menuliskan tradisi masyarakat dan adat istiadat yang masih
terdapat di bali. Diantaranya ialah kasta, yaitu penggolongan status social
berdasarkan keturunan. Di bali terdapat empat kasta yaitu kasta Brahmana,
ksatria, waisya dan sudra. Brahmana adalah kasta dengan tingkatan tertinggi
yang ditempati oleh kaum bangsawan. Maka orang yang memiliki gelar bangsawan
akan dihormati oleh masyarakat di sekitarnya. Walaupun tidak semua orang yang
berkasta brahmana memiliki hati yang Suci. Bahkan banyak orang yang berkasta
brahmana malah memanfaatkan gelarnya untuk hal yang merugikan orang lain. Penggambaran
ini dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini:
“ Gusti
Ngurah pernah terlibat perkelahian di desanya bapa Dangin. Pemuda-pemuda disana
melarangnya bermalam sampai melewati batas waktu. Gusti Ngurah tidak terima.
Merasa bagsawan, ia menjadi-jadi. Pemuda-pemuda desa itu ditantangnya.”
Dalam
cerpen ini dikisahkan perjuangan seorang perempuan bali yang mempertahankan
harga dirinya, ia menghadapi cobaan hidup yang begitu berat. Suci adalah potret
perempuan bali yang tidak mudah tergiur oleh harta. Suci adalah potret
pemberontakan perempuan bali terhadap praktek-praktek kekejama kaum laki-laki.
Menjalani kehidupan diambang penerimaan dan ketidakpatuhan, diantara penyerahan
dan kebebasan. Tetapi dalam hidup tidak pernah ada kebebasan yang sempurna demikian
juga bagi Suci.
b. Penokohan dan perwatakan
Tokoh dan watak dalam Cerpen ini di jelaskan dalam
uraian di bawah:
1. Suci
Suci
adalah tokoh utama dalam cerpen ini. Dari segi psiologis, Sucidigambarkan
sebagai seorang perempuan yang cantik sehingga membuat Gusti Ngurah jatuh cinta
kepadanya. Seperti yang terdapat dalam kutipan :
“ ini kesempatan,
aku tahu anakmu cantik, Dangin ia mesti menjadi milikku.”
Dilihat dari segi sosiologis, Suci
adalah perempuan dari kalangan sederhana yang tidak memiliki banyak harta,
terlahir dari kalangan keluarga kurang mampu, dan ayahnya seorag penjudi.
Karena tidak mampu membayar hutang akhirnya ia digunakan sebagai bayarannya. Ia
pun pasrah karena Suci tidak ingin menyakiti ayahnya akhirnya ia mau
menyerahkan dirinya kepada Gusti Ngurah. Suci tidak mau dinikahi Gusti Ngurah,
ia telah bertekad membesarkan anaknya sendiri tanpa mengenal siapa bapaknya.
Seperti yang terdapat dalam kitipan :
“ aku Suci.
Perempuan yang dibeli oleh Gusti Ngurah. aku perempuan hina, perempuan tidak
berharga. Aku tidak akan menggugurkannya. Biarpun aku dipandang rendah, tidak
masalah. Rahim ini mengandung anak Gusti Ngurah itu.”
Dalam cerpen ini tokoh Suci dikisahkan sebagai tokoh
yang teguh pendirian, walaupun ia berada dikalangan kurang mampu tetapi ia
tetap mempertahakan harga dirinya. Seperti pada kutipan berikut ini :
“ tidak anakku, ibu sudah bertekad tidak akan
menyentuh tanah puri. Biarkan ibu
disini.“ ini surat dari ayah”
Suci membacanya “ aku serahkan semua
warisanku padamu Suci “,
Suci meremas surat itu dan
membakarnya.
Dari kutipan diatas
kita dapat mengetahui tokoh Suci adalah wanita yang tidak mudah tergiur dengan
iming-iming harta, ia tetap mempertahankan harga dirinya.
.2. Gusti Ngurah
Gusti Ngurah adalah orang yang
menyebabkan Suci menderita. Ia tega memperkosa Suci hingga ia hamil. Ditinjau
dari segi psiologis, Gusti Ngurahmemiliki sifat yang licik, pandai memanfaatkan
keadaan, kepala plontos dan nafsu birahi
yang tinggi.
“ Gusti Ngurah
telah menipu ayahku, ia memang bajingan, ayahku terlilit hutang, ayahku juga
terlalu mengikuti nafsunya, hampir setiap hari diajak menyambung ayam, saat
uang ayahku habis Gusti Ngurah pasti memberinya uang lagi.”
“Satu keinginan
Gusti Ngurah, aku mesti melayani dirinya. Semua utang ayah-ayahku akan
terlunasi. Aku pasrah. Aku menyerah.”
“ Gusti Ngurah
kepalanya plontos, tapi gairahnya meledak-ledak setiap melihat anak yag baru
menginjak remaja, nafsunya susah dibendung.”(surat dari puri, 2010:82)
Ditinjau dari segi psikologis, Gusti
Ngurah adalah seorang laki-laki yang tidak bertanggung jawab terhadap apa yang
diperbuatnya, ia hanya bersenang-senang menuruti hawa nafsunya dan melampiaskan
nafsu birahinya kepada banyak wanita Ini terlihat dalam kutipan berikut.
“ sudahlah gusti.
Saya sudah teramat jemu dengan olok-olok Gusti. Tiang yakin, semua gadis yang
bekerja pada gusti aji sudah diperlakukan tidak senonoh.”
Dari kutipan di atas dapat dilihat
bahwa Gusti Ngurah adalah laki-laki bangsawan yang tidak bertanggung jawab terhadap
perbuatannya, setiap wanita yang disenanginya selalu diperlakukan tidak senonoh
dan kemudian dicampakkan.
3. Ayah (Bapa Dangin)
Bapa
dangin adalah ayah dari Suci jika dilihat dari segi psiologis, bapa dangin
adalah sosok ayah yang tidak tegas, mudah terkena bujuk rayu, sangat polos.
Hal ini tercermin dari kutipan berikut “ Gusti Ngurah telah menipu ayahku. Ia memang
bajingan. Ayahku terlilit hutang, ayahku terlalu mengikuti nafsunya. Hampir
setiap hari diajaknya menyabung ayam.”
Kutipan kedua “ saat
ayahku menyampaikan maksud Gusti Ngurah tampak ketakutan dan rasa bersalah
dalam dirinya.”
“ Maafkan ayah,
anakku ayah yang telah menjadikan engkau menderita dan menjadikan engkau
menderita, ayah yang membuatmu menjadi hina.”
Jadi jelaslah bahwa sosok bapa dangin tega menjadikan
anaknya sebagai pelunas hutang-hutangnya.
3) Latar.
Latar
adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya
peristiwa. Latar yang dikemukakan berhubungan dengan sang tokoh atau beberapa
tokoh. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan perwatakan. Gambaran situasi
yang tepat akan membantu dan memperjelas peristiwa yang sedang dikemukakan
(Suroto, 94:1989). Analisis latar dalam CerpenSurat Dari Puritersebut
penulis
uraikan seperti di bawah ini:
1.
Latar tempat
Latar tempat biasanya ditunjukkan dengan nama lokasi
tempat kejadian dalam cerita tersebut, dalam cerpen ini sangat jelas terlihat
bahwa cerita didalamnya terjadi di pulau Bali. Dalam cerpen diatas banyak
menceritakan kehidupan dan adat istiadat masyarakat bali misalnya menceritakan
kehidupan Gusti Ngurah di puri, menceritakan Suci saat melakukan Guru Piduka di sanggah kawitannya.
“
Gede mari kita sembahyang di Pura Dadia. Di sana kita memuja kebesaran Hyang
Widhi” .
Selain itu dalam cerpen diatas sangat kental dengan
kehidupan umat Hindu di Bali.Yang pertama ialah kawitan. Kawitan merupakan tempat pemujaan leluhur yang telah
diSucikan dalam sebuah proses pengabenan.Dalam Cerpen ini juga terdapat
beberapa nama tempat yang melambangkanpulau Bali. Yang kedua ialah Pura
Dadia, yaitu pura keluarga yang biasadigunakan untuk tempat ibadah.” Gede mari kita sembahyang di Pura Dadia.
Di sana kita memuja kebesaran Hyang Widhi” .Kemudian yang kedua adalah Puri,
yaitu tempat tinggal atau rumah bagimereka yang berkasta brahmana.
“maafkan aku
Suci, aku mohon engkau ke Puri sekarang. Aku sudah tidak kuat lagi. Penyakitku
sudah tidak sembuh-sembuh. Ini gara-gara aku menelantarkan anakku. Bawalah
anakmu ke puri sebelum aku menghembuskan nafas terakhir.”
2.
Latar Waktu
Latar waktu adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya sastra. Latar waktu dalam cerpen ini adalah siang dan malam hari.
Salah satu latar waktu dalam Cerpen ini pada pagi hari terlihat dalam kutipan
berikut: Latar waktu dalam Cerpen ini juga terjadi pada malam hari. Dikisahkan
ketika Gusti Ngurah pernah terlibat perkelahian di desanya bapa dangin.
Pemuda-pemuda disana melarangnya bermalam minggu sampai melewati batas waktu.
Gusti Ngurah tidak terima. Merasa bangsawan, ia menjadi-jadi….”
3. Latar Sosial
Latar suasana yang diangkat oleh
pengarang dalam cerpen ini adalah suasana kebudayaan Bali, bagaimana adat yang
terdapat di Bali, system perkastaan yang diberlakukan di Bali dan sebagainya.
Keadaan masyarakat Bali digambarkan oleh beberapa cerita dalam cerpen ini,
salah satunya ialah kebiasaan laki-laki di Bali yang kerjanya hanya menyabung
ayam, masyarakat yang berkasta sudra sangat patuh dan hormat kepada kaum brahmana,
selain itu dalam cerpen ini diceritakan bagaimana masyarakat Hindu di Bali
sangat patuh pada leluhur junjungannya dan bagaimana kebiasaan masyarakat yang
mengucilkan sanak saudara dengan alasan masa lalu yang kelam. “ ia perempuan
yang kotor. Apa mau Hyang Widhi hadir pada perempuan kotor? Jangan-jangan kita
juga akan menjadi kotor!” . selain dalam system perkawinan, kebudayaan lain
yang ada di Bali adalah berupa upacara-upacara keagamaan. Salah satu contoh
upacara yang keagamaan yang terdapat didalam cerpen Surat Dari Puriadalah
upacara Panggur Gigi yaitu sejenis upacara pelepasan masa kanak-kanak menginjak
masa dewasa atau yang lebih dikenal dengan Upacara Menek Kelih. Upacara
keagamaan lainnya seperti Ngturang Banten
Guru Piduka. Upacara ini dimaksudkan untuk membersihkan diri baik secara
lahir maupun bhatin sehingga orang yang diupacarai bisa dijadikan sebagai
pemangku atau peminpin upacara di pura yang bersangkutan.
d.
Alur
Alur yang dipakai dalam penulisan cerpen Surat dari Puri adalah bolak balik/
flas back/ maju mundur. flash back/ balikan, yaitu suatu alur yang
menceritakan suatu peristiwa dengan cara menceritakan suatu kejadian yang telah
terlewati untuk menjelaskan peristiwa yang berhubungan dengan alur berikutnya.
Hal ini dilakukan oleh IBW Widiasa Keniten karena ia ingin menyampaikan
pemikiran bahwa tidak hanya alur linier saja yang digunakan untuk mengungkapkan
perubahan emosi tokoh-tokohnya. Alur dalam cerpen tersebut terlihat dari uraian
di bawah ini :
a. Tahap Pertama
pada tahap ini si pembaca akan
diajak menyaksikan kehidupan Suci yang dalam keadaan hamil besar. Kemudian
tentang ingatan Suci pada masa lalunya saat dipaksa untuk melayani lelaki
bernama Gusti Ngurah. Cerita ini dimulai dengan memperkenalkan tokoh Suci yang
telah mengandung anak dari Gusti Ngurah. Berawal ketika ayah Suci terbelit
hutang, hingga tidak dapat melunasinya, hingga ia diminta oleh Gusti Ngurah
untuk dijadikan istri simpanannya. Karena menolak iapun diperkosa . “ maksud
gusti istri simpanan?”
“ Gusti Ngurah marah. Ia menghempaskan tubuh Suci.
Suci pasrah ia tidak bisa menjaga dirinya.”
“Gusti Ngurah puas sekarang?”
b. Tahap Kedua
Pada tahap ini akan terlihat flash back masa lalu Suci sebelum ia
menjadi korban pemerkosaan Gusti Ngurah. Gusti Ngurah tertarik pada Suci ketika
Suci beranjak dewasa. Saat bapa dangin melaksanakan upacara Panggur Gigi namun
biayanya tidak mencukupi. Hal ini dijadikan kesempatan oleh Gusti Ngurah untuk
mendapatkan Suci.Selanjutnya cerita akan bergulir pada kehidupan keluarga Suci
yang terbelit hutang. Hingga ia merelakan dirinya sebagai alat pembayaran
hutang ayahnya.
c. Tahap Ketiga
pada tahapan ini terjadi alur maju,
tahap ini Suci diceritakan telah melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama
Gede Puri dan diceritakan juga gede puri tumbuh menjadi anak yang tahu diri.
Dalam alur ini gede Puri mengetahui siapa jati dirinya yang sebenarnya. Ia tahu
bahwa sesungguhnya ia adalah anak seorang Bangsawan.
e. Amanat
Amanat yang terdapat dalam CerpenSurat
Dari Purikarya IBW Widiasa Keniten yaitu hargailah orang lain dan jangan
sekali-kali menggunakan uang untuk meraih kekuasaan.
2.3 Nilai
Ekstrinsik
Nilai
ekstrinsik dalam cerpen Surat dari Puri karya IBW Widiasa Keninten adalah
1. Nilai moral. Nilai moral yang tersurat dalam Cerpen
tersebut adalah janganlah sekali-kali menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan
segala yang kita mau, janganlah mengumbar hawa nafsu apalagi dapat menyusahkan
orang lain, dan
2. Nilai sosial. Nilai sosial yang terdapat dalam cerpen
dalam cerpen tersebut adalah kita sebagai manusia hendaknya tulus iklas dalam
membantu orang lain sehingga saat membantu orang lain tidak mengharapkan suatu
imbalan.
3. Nilai agama. Sebagai umat yang beragama kita hendaknya
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Selain itu berusahalah
mengabdikan diri dijalan kebenaran.
4. Nilai ekonomi. Nilai ekonomi yang tersurat dalam
cerpen tersebut adalah jika kita memiliki kekuasaan dan uang yang cukup,
hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Dan jangan sekali-kali
menggunakan uang sebagai alat meraih
III. Penutup
3.1 SIMPULAN
Berdasarka kajian cerpen Surat dari Puri karya IBW
Widiasa Keninten, dapat disimpulkan Ada beberapa unsur structural dalam cerpen surat dari
puri karya IBW Widiasa Keninten yang digunakan oleh pengaji dalam mengkaji
cerpen ini. Unsur-unsur tersebut adalah
1.
Alur
Alur yang digunakan adalah alur maju
mundu/flashback/campuran
2.
Penokohan
Tokoh-tokoh dalam cerpen tersebut adalah Suci, Gusti
Ngurah, Bapa Dangin dan Gene Puri.
3.
Latar waktu : pada siang dan malam hari, Latar
tempat : di pedesaan dan di puri, Latar sosial : meceritakan kehidupan di
masyarakat
4.
Tema
Tema cerpen tersebut mengisahkan pengorbanan seorang
wanita untuk mempertahankan harga dirinya.
5.
Amanat
Amanat
yang terdapat dalam CerpenSurat Dari Purikarya IBW Widiasa Keniten yaitu
hargailah orang lain dan jangan sekali-kali menggunakan uang untuk meraih
kekuasaan. Sedangkan unsur ektrinsik Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen
yaitu nilai moral, nilai sosial, nilai agama dan nilai ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1979. Sari Kesusasteraan
Indonesia Jilid 2. Bandung: Pustaka Prima.
Keniten, Widiasa. 2010. Kuda Putih Kumpulan Cerpen. Pustaka
Ekspresi.
Suroto.1989. Teori dan
Pembimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU.
Jakarta : Erlangga.
Sutresna. 2006. Modul Prosa Fiksi. Singaraja :
Universitas Pendidikan Ganesha..